tiket pesawat murah

tiket pesawat murah

Kamis, 09 Juli 2009

sumpah palsu

Sumpah palsu


Tolong bawa beras ini ke rumahnya haji udin. Itu tuh.Yang di depan masjid samping kantor desa. Tati mengangguk. Sepupuku yang tinggal di rumah sementara waktu selama ppl di pln. Beras itu kiriman dari bone. Beras baru. Beras di rumah masih banyak. Tapi aku teringat akan h.Udin. Yang tinggal menumpang di rumah h.Saleh di samping rumahnya jafar, bekas rumahnya dahulu.

Tati datang. Orangnya ada? Iya. Lalu ke kamar. Aku tinggal berdua saja dengan Tati. Orangtuaku tiap minggu ke pendolo, 2 jam perjalanan dari mangkutana. Biasanya lusi yang menemaniku. Sepupuku yang perawat sebelum kedatangan Tati.

Apa yang di bawa tati ke rumahnya h.Udin? O. Itu tadi beras. Yang di kirim sama muli. Itu kan beras baru. Sayang sekali diberikan sama orang lain. Memberikan sesuatu yang bagus, pahalanya juga besar. Tanteku ini memang sedikit perhitungan.


Ayah dan ibuku sudah datang setelah seminggu berkebun di sana dan memetik coklat. Ada lima karung. Ibuku sempoyongan masuk rumah dan langsung tidur di sofa. Perjalanan cuma 2 jam. Tapi jalanan yang berkelok kelok seperti ular membuat kepala pusing. Belum lagi jurang jurang yang menakutkan. Membuatku tidak suka ikut ke sana. Biarpun libur.

Besok kit petik coklat. Kata ayahku. Siapa yang mau petik? Tanya ibuku. Istrinya h.Udin katanya mau juga ikut kalau di panggil. Lanjut ibuku. Ah. Jangan. Lebih baik saya kasi uang saja.

H.Udin bukanlah keluarga kamh. Tapi ayahku sangat care kepadanya.

Aku ingat. Pertama kali h.Udin datang dari maumere bersama istri dan anaknya 3 orang, satu cewek dan 2 cowok. Langsung membangun rumah panggung dan di bawahnya di semen, sehingga menjadi rumah bertingkat. Menjadi orang yang terpandang. Tanahnya luas. Saat itu aku masih sd.

Anaknya yang perempuan yang bernama peni kuliah di makassar. Suatu hari datang. Dan ayahku merasa ada yang aneh. Selang beberapa waktu, ketahuan juga. Peni hamil . Dan iapun menikah sambil tetap melanjutkan kuliah. Sekarang tinggal di makasar. Hidupnya juga pas pasan. Anaknya dullah, cowok. Hanya tamat sma. Kerjanya ugal ugalan. Buat keribu. Tak lama kemudian ia merantau. Dengan bakatnya yang tukang berkelahi, ia berhasil menjadi petinju. Sekarang telah menjadi pelatih dan telah berkeluarga juga. Yang terakhir, durman. Anak yang paling di sayang. Putih, ganteng. Menjadi idola para gadis. Orangnya boros. Kerjanya minta uang, tapi tak mau membantu ayahnya ke kebun. Ia menikah ketika menginjak sma, dengan anak smp kelas 2 karena hamil. Betapa terpukul kedua orangtuanya. Harapan agar ia bisa menjadi sarjana dan menjadi kebanggaan pupus sudah. Lama tak ada kabar, ia malah meninggalkan anak dan istrinya entah ke mana dengan mengambil uang mertuanya 2 juta. Ternyata kerjanya sejak tinggal di rumah mertuanya hanya keluyuran dan mabuk mabukan. Karena suaminya menghilang, istrinya ratmi ke rumah mertuanya mencari. Tak ada juga.

Durman datang menjenguk kedua orang tuanya. Kali ini membawa istri baru. Mengajak orangtuanya tinggal di rumahnya bersama. Ayahku sebenarnya tak setuju. Lihat lihat dulu keadaan anakta di sana. Kalau cocok, baru kita tinggal. Tapi tak di indahkan. Rumah h. Sale yang ia tinggali selama ini, papan papannya pun di ambil oleh keluarganya. Barang barang yang tak bisa di bawa di berikan juga. Tapi, lagi lagi ia kembali belum satu bulan. Di sana, ia hanya makan dan tak bisa bantu apa apa. Ia merasa berat dng menantu dan anaknya. Dan kasian melihat anaknya yang kerjanya hanya jual kasur keliling tiap hari. Kadang laku kadang juga tidak. Ternyata tak seindah yang ia bayangkan. Mungkin di desa ini, hanya beberapa saja keluarganya. Tapi di sini, ia sudah menjadi bagian dari daerah ini.

Dari mana kak? Kakakku yang ketiga datang dng istri dan anaknya. Ia tinggal di kawarasan, menjual pakaian. 15 menit perjalanan dengan motor.Dari rumahnya h. Udin. Kasi sedekah. Kasian sekali ya h.Udin. Dulunya orang kaya, jadi jatuh miskin. Itu katanya dulu, h.Udin pernah jadi saksi di pengadilan. Dia membela keluarganya. Dan ternyata, keluarga yang di bela itu salah. Padahal ia sudah bersumpah di pengadilan dengan nama Tuhan dan memegang Al Quran. Karena malu, telah bersumpah palsu, iapun kemudian ke sini memboyong semua keluarganya. Aku terdiam mendengar keterangan kakakku. Sebelumnya aku tak pernah dengar cerita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar