tiket pesawat murah

tiket pesawat murah

Kamis, 09 Oktober 2014

Masa lalu

Ulu hatiku mules saat perjalanan ke sekolah. Tadi pagi memang tak sempat makan.
Kuambil  satu kue lebaran yang tergantung di motor dalam kantongan plastik merah lalu ku makan. Sengaja kubawa tuk teman-teman di sekolah. Sisa kue lebaran.
Tak juga mereda. Nampaknya lambungku minta makanan berat.

Oh iya...ini hari kan jumat. pasar wonorejo. Aku bisa singgah beli buras di sana.

Ada dua pasar yang selalu kulewati. Pasar wonorejo dan pasar kawarasan. Wonorejo pasarnya tiap senin dan jumat. Sedangkan kawarasan selain senin dan jumat. Namun untuk pasar ramainya hari kamis dan minggu.

Penjual buras itu mangkalnya di pinggir jalan. Jadi aku tak perlu masuk ke dalam pasar.
"Buras 3 bu." Sambil menyodorkan uang 3 ribuan. Saat aku sudah berada di penjual buras.
Penjualnya lagi sibuk melayani pembeli. Ada yang beli nasi kuning, cendol, dll. Akupun berinisiatif mengambil sendiri kantongan dan mengambil 3 buah buras. Sudah jadi langganan. Jadi sudah tak sungkan lagi ambil sendiri. Itung-itung membantu penjualnya. Suaminya ada di samping membantu. Namun tetap saja istrinya kewalahan. Karena yang meracik makanannya hanya si ibu. Suaminya palingan mengantarkan pesanan ke para penjual di pasar.
"Sambalnya bu...." kulihat sambal teri di depanku. "bisa beli sambal terinya bu...." sambal teri menggodaku. Akhir-akhir ini nafsu makan menurun akibat maag. Biasanya, kalau sambal, aku makannya jadi berselera.
"Ndak bisa. Itu untuk sokko" Sambil menunjukkan  nasi ketan sebagai pasangannya.

Tapi saat  ia mengambilkan sambal tomat tuk buras iapun memberiku terinya sebagai bonus.... lumayan....

"Beli nasi kuning, bu..."
Tak sengaja aku menoleh ke samping kiri saat mendengar seseorang mau beli nasi kuning. Sesorang yang aku kenal dengan seorang bocah berumur sekitar 3 tahun di sampingnya.
"Hei......." sapaku dengan ramah berusaha santai. Padahal biasanya aku tak mempedulikannya. Pura-pura tak lihat. Tapi aku ingin memperbaiki segalanya. Kami semua sudah berkeluarga. Ia bahkan telah punya anak. Dan ia pun tak pernah lagi mengganggu kehidupanku.
"He....." jawabnya juga dengan senyum kaget.
Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Memang sih masih suasana lebaran idul adha. salam-salaman. Saling meminta maaf.  Tapi aku hanya membalas dengan senyuman. Ia menarik kembali tangannya dengan perasaan malu.  Aku merasa tak perlu. Berapakalipun berjabat tangan kalau hati tak ikhlas tetap saja tak ada gunanya. Bagiku, Yang penting hatiku tak lagi membencinya.
Aku tak mau menyentuh tangannya. Jangan sampai ia teringat lagi masa lalunya. Dan akhirnya menggangguku lagi. Melihatku dan bersikap ramah padanya, pasti ia sudah senang.... apalagi kalau menyentuh tanganku?
Aku bukannya sok alim. Aku hanya tak ingin membuka lembaran lama. Dengan menolak uluran tangannya, ia sadar, kalau aku tak ingin ia hadir lagi dalam kehidupanku. Agar aku tenang. Bagaimanapun, saat melihat dia, kenangan masa lalu pasti akan terungkit dari memoriku tanpa bisa kucegah. Hasrat hati, kenangan tentangnya ingin kuhapus dari ingatanku. Mungkin suatu saat. Akan terhapus sendiri oleh waktu.

"Siapa namamu?" Tanyaku pada anak kecil di sampingnya biar suasananya jadi santai. " Aku jadi cemburu. Dia sudah punya anak lelaki yang lucu, sedang aku belum. padahal aku menikah lebih dulu dari dia.
Anak itu tak menjawab. Malah menjauh seperti ketakutan. Bapaknya cuma tersenyum melihat tingkah anaknya yang bermuka masam melihatku. " ditanyaki nak...siapa namata?" Bapaknya menunduk dan merayu anaknya dengan lembut agar ia mau menjawab pertanyaanku. Mungkin caraku terlalu kasar... he...he..he....
Anak itu tetap diam.
Wajahku serem kali....
Dia ndak tau saja. Kalau tante yang ada di hadapannya adalah wanita tercantik di hati ayahnya. Dulu! Cuma di hati. Tidak di dunia nyata. He he he.
"Aku pergi dulu ya...." pamitku. Soalnya sudah siang. Aku akan ke malili tuk ikut mgmp.

dia... ya! Dia...yang pernah q campakkan begitu saja.... setelah kumerasa.... kalau ia hanya menjadikanq atm berjalannya....

Sebenarx, ini berawal dari cinta monyet.... sejak sma, ia selalu mengejar-ngejarku. Tapi aq tak pernah menggubrisnya. Aku hanys menganggapnya teman dekat. Tapi aku tak pernah mengakuinya sebagai pacar. Walau semua orang menganggapnya begitu. Karena aku akrab dengannya sejak sd. Sering pergi bersama. Aku bahkan sering ke kosannya. Aku senang aja ketemu dengan dia. 
Waktu sd kelas lima, aku memang sudah dekat dengannya. Dan aku suka padanya. Karena dia pintar. Sedang aku, otak pas-pasan. Sampai smp aku masih menyukainya. Namun, jarak yang memisahkan aku dan dia, aku terlupa dengan keberadaannya di hatiku. Dan berpaling pada yang lainnya.

Aku tak bermaksud mempermainkannya. Hanya saja... aku tak yakin. Kalau ia nantinya akan jadi pendamping hidupku selamanya. Karena bsgaimanapun, aku tahu bagaimana keinginan orangtuaku.

Bukan harta kekayaan yang ia inginkan. Yang penting rajin sholat. Anaknya baik.
.

Kalau dia.... tak perlu dipertanyakan. Hanya sekali seminggu. Pas sholat jumat. Apalgi teman bergaulnya non muslim.

Tamat kuliah....entah apa yang merasuki hatiku, sampai aku menerimanya....

Dengan ngajar kursus, otomotais aku bisa mendapatkan penghasilan sendiri.

Ia....
hanya tamatan sma dan kerjanya ke sana kemari tanpa kerja dan hanya numpang di rumah tante.

Ia pernah kuliah jurusan hukum di unhas.... namun karena masalah biaya ia berhenti di semester 4. Sangat di sayangkan.

Tak kerja dan mulut harus berasap... akhirnya..... ia selalu pinjam uang.... pinjam dan pinjam lagi....

Awalnya aku santai saja.... aku kasian....

Tapi.....entah kenapa, suatu hari seorang teman menyadarkanku.
"Kenapa sih kamu suka sama dia.... padahal dia itu palingan hanya menguras uangmu saja..."

Aku senyum2 saja....

Sepulang dari sana.... aku jadi mikir.... dan mikir....

Aku evaluasi kembali tingkah lakunya.
Aku sudah melarangnya merokok, tapi ia tak berhenti juga. Sku suruh ia sholat tapi masih juga seminggu sekali. Selama ini, ia selalu pinjam dan pinjam. Tapi tak ernah di kembalikan. Kalau ia memang cinta, harusnya ia bisa berubah.

Harusnya, ia malu tuk pinjam uang Harusnya, ia membuktikan, bahwa ia bisa diandalkan. Cari kerja atau apalah.

Tiba-tiba saja, muncul rasa benci. Q tulis semua panjang lebar tentang alasan kenapa hubungan itu harus di akhiri. Tapi....sudahlah....kayaknya tak perlu penjelasan panjang lebar.

Sejak itu, aku tak pernah lagi mau menemuinya. Aku memutuskan secara sepihak. Ia sms, telfon, bahkan kirim salam sama siapapun yg dekat denganku. Aku abaikan. Ganti nomor berkali2 tapi tetap saja ia bisa mendapatkannya. Semakin ia menggangguku semakin aku membencinya. Aku ingin lepas dari bayang-bayangnya. Aku ingin dia melupakanku. Aku memberinya sumpah serapah, ia hanya tertawa di telfon.
Aku heran. Bagaimanakah caranya agar ia paham bahwa aku tak mau berhubungan dengan dia lagi?
Aku tak ingin lagi di ganggu.
Malah, ia pernah meminta temannya menemui tanteku bermaksud untuk melamar.
Ya Allahhh...... aku benar-benar meradang.

Sampai aku sudah menikahpun ia pernah telfon. Bahkan sampai ia sudah menikah. Aku abaikan.
Aku benar-benar merasa terganggu dan jengkel dengan ulahnya. Kenapa sih dia tak melupakanku saja?

Sekarang, kehidupannya sudah mapan. Dengan sebuah mobil terpakir di depan rumahx. Aku tak pernah mau tau. Apakah itu mobilnya atau mobil mertuanya. Karena ia tinggal dengan mertua. Ia bisa berbangga. Bahwa ia sekarang mapan walau tak bersamaku.

Aku naiki motorku. Di ujung sana Dia naik mobil.
Lewat di samping ku sambil betkata "kau tak pernah dewasa di...."
"Apa?" Aku tak mendengar jelas karena suara bising motor dan mobil yang lalu lalang.
"Kau tak pernah dewasa....." ulangnya lagi sambil berlalu meninggalkanku. Akupun menstater motorku dan berfikir....
Apakah maksudnya aku awet muda? Sehingga wajahku tetap baby face?
Ah....bukan. pasti bukan itu maksudnya.
Mungkin karna aku tak mau menerima jabat tangannya. Sehingga ia mengira aku masih membencinya. Senyum dan keramahanku cuma basi basi. Biar sajalah.
Biar ia hilang dalam kehidupanku. Dan ia hidup dengan dunianya. Untungnya, walau sekampung kami jarang ketemu. Sejak aku menikah saja, kayaknya baru dua kali ketemu.

Dia naik mobil sedang aku naik motor... "menyesalkah kamu meninggalkannya?" Tanya hatiku.
"Aku..... aku tak pernah menyesal tak memilihnya. walaupun ia sudah mapan, karena kutahu.... aku tetap beruntung dengan hidupku yg sekarang. Aku malah bersyukur meninggalkannya. Karena aku tak yakin. Ia akan sesabar suamiku, menghadapi ayahku yang otoriter. Akan serajin suamiku pergi ke masjid. Seulet suamiku pergi ke kebun. Tak ada yang benci suamiku. Orang lain saja selalu memujinya.... menyukai perilakunya. lebih lebih aku sebagai istrinya. Sunguh bangga "

Soal kemapanan? Dia tak lebih baik dari aku. Aku juga mapan dengan kehidupanku yg sekarang. Biarpun suamiku seorang petani seperti dirinya, tapi Aku seorang pegawai. Mertuanya punya mobil, ayahku juga punya. Malah dalam pandangan orang-orang kampungku, aku adalah orang kaya. Dengan rumah bertingkat dua dan besar.
Hanya dengan bermobil, dia tak bisa menjatuhkanku begitu saja.
Aku..... seandainya mau punya mobil sendiri, aku juga bisa beli. Hanya.... jangan dulu.... sabar.... belum waktunya. Lebih baik beli kebun coklat. Nanti hasilnya baru dibelikan mobil. 

Bukannya aku tak dewasa.... aku menjaga jarak. Jangan sampai ada fitnah. Aku tak ingin masa lalu menggaku  kehidupanq. Krena aku sudah bahagia dengan kehidupanku yg sekarng. Dengan suamiku. Begitupun, aku tak ingin istrinya cemburu. Bagaimanapun, seorang istri akan cemburu jika mendengar tentang mantan pacar suaminya. Biarpun itu hanya sekedar ketemu. Apalagi kalau aku memberinya kesempatan tuk akrab, dia padti minta nomor telfon, saling smsan...,walau murni sekedar teman... tapi tak bisa dibiarkan.semua itu harus dihindari.

Jiwa wanita sangat sensitif. Semua itu harus kujaga. Begitupun dengan suamiku. Aku harus jaga perasaannya.

Aku....sangat jarang menyembunyikan sesuatu pada suamiku. Aku suka bercerita. Tapi.... jika tentang mantan....aku jarang cerita. Biasanya ia tahu sendiri dari seseorang. Namun kalau yang ini, ia tak akan tahu kalau aku tak cerita. Karena saat pengantin baru, ia selalu sms dan telfon. Padahal aku sudah punya suami. Mungkin dikiranya aku menyesal dengan pernikahanku yang dijodohkan. Padahal ia tak tahu. Aku menerima lamaran suamiku demi terhindar dari dirinya. Karena aku sudah muak dengan terornya.

Tapi..... kalau aku ketemu seperti kemarin.... kadang mau cerita. Tapi aku pernah baca, kalau pasangan kita tak suka jika diceritakan tentang masa lalu. Walaupun sebenarnya niat kita hanya ingin jujur dan tak ada maksud apa2.

Benar  kata inul daratista
Masa lalu biarlah masa lalu
Jangan kau ungkit jangan ingatkan aku
Masa lalu biarlah masa lalu....
Sungguh hatiku tetap cemburu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar