tiket pesawat murah

tiket pesawat murah

Kamis, 09 Juli 2009

SANG PENCARI CINTA (cerpen)

SANG PENCARI CINTA

Cinta…..memang indah. Selalu penuh kebahagiaan, keceriaan, dan kesyahduan. Kala rindu menusuk, membutuhkan belaiannya, dia kan selalu siap menjadi sandaran hati. Namun sayangnya……aku…..Rani……hanya dapat kurasakan lewat khayalan yang entah kapan kan terwujud.

Aku juga nggak tau kenapa hal ini bisa terjadi padaku. Padahal, biasanya segala sesuatu yang kuinginkan, pasti akan kuraih. Karena aku memang selalu berusaha tuk mendapatkannya. Sebuah pepatah yang begitu melekat dalam ingatanku “man jadda wa jada”. Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan mendapatkannya. Makanya, segala sesuatu yang aku cita-citakan selalu tercapai. Jadi siswa teladan. juara pidato bahasa inggris, mendapat beasiswa bahasa, dan lain sebagainya. Sesuatu hal yang selalu membuatku bangga dan membuat teman-teman bangga padaku. Namun, entah mengapa, dalam masalah cinta, aku selalu kalah. Aku tak pernah bisa membuat mereka-mereka takluk padaku.

Simpati dari cowok-cowok, pastilah. Kekaguman sudah menjadi lazim kudapatkan. Tapi…………..kata cinta? Yang selalu kutunggu selama ini? Mengapa tak datang jua? Ada juga sih yang kadang pdkt. Tapi, ia kan berlalu pergi tanpa sempat mengungkapkan kata cinta. Mengapa???? Apa yang salah padaku??? Apa aku kurang cantik? Kurang pintar???

Aku terkadang iri melihat teman-teman sekolah yang pada punya pasangan. Bahkan ada yang sudah gonta ganti pacar sampai berapa kali. Aku? Satupun belum punya. Kapan ya seseorang kan datang dan memanggilku dengan panggilan “honey, cinta,” atau apa saja deh asal jangan monyet aja. He….3x.

Rasanya, lebih baik aku meghafalkan beberapa naskah pidato daripada memikirkan hal ini. Karena masalah yang satu ini malah membuat otakku tak bisa konsentrasi. Mestikah ku beli buku 1001 cara ngegaet cowok? Tapi mana ada buku seperti itu dikampung ini? Mau curhat….tapi sama siapa ya. Nggak ada yang bisa dipercaya.

O iya. Ada satu orang yang tak mungkin buat gossip di sekolahku. Adi . teman chat ku. Gimana bisa? Dia di Jawa sedang aku di Palopo. Di ujung sulawesi selatan. Yes!!!!!!

“teng! Waktu sekarang menunjukkan tepat pukul satu! Tepat pukul satu!”

peringatan dari jam dinding membuatku tersadar. Waktu berlalu begitu cepat. Padahal Pr matematikaku baru satu nomor yang selesai. Ternyata aku keasyikan melamun. Mending tidur ah. Kali ini, biar nyontek ke Nana aja. Soalnya dah larut. Bisa-bisa aku tak bisa bangun pagi lagi!

“yang mesti kamu lakuin, menentukan target dulu Ran”. Saran Adi suatu hari waktu lagi online. Setelah aku cerita ini itu tentang perasaan yang mengganjalku selama ini.

“Target apaan?”

“targetnya, cowok yang kamu naksir”.

Ya! Sekarang menentuka target. Cowok idamanku. Muhlis kali ya. Dia cakep, pintar, aktivis kampus lagi. Tapi, dia kan dah punya tunangan. Rendi? Lumayan tajir, tapi rada bloon dikit. Si Akmal! bisa nyambung gak ya. Dia kan orangnya pendiam banget. Pernah aku satu angkutan umum, kalau bukan aku yang duluan nyapa “kemana ?” mungkin suaranya gak akan kedengaran. Lalu siapa dong???

“Susah juga sih mau dapat cowok. Aku kan sibuk banget. Pagi sekolah. Siang kursus b.inggris. sore, les piano”.

“eh, kamu suka music juga ya!”

“suka banget. Kamu?”

“sama. Aku punya piano”

ketika kutau Adi mahir juga main music, topiknya malah beralih ke soal music. Mulai dari lagu-lagu hit. Sampai cerita-cerita Adi tentang konser-konser yang sering ia nonton.

“gimana? Dah ada perkembangan, Ran?”

“belum ni Di. Tentuin target aja kok susah banget ya. Selalu aja ada yang kurang. Gak ada yang cocok”.

“kamu kan belum coba. Gimana mo tau kalo kamu tuh gak cocok sayang….?”

Deg! Kok kata itu begitu menyentuh. Aku jadi gak tau mau nulis apa. “hei! Lagi sibuk ya dengan yang lain. Kok lama banget jawabnya”

“nggak kok. Aku Cuma….”

“Cuma apa. Hayooo!!!”

“Cuma seneng aja di panggil sayang sama kamu. He…..3x”.jawabku. biar aja. Paling juga di anggap becanda.

“masa sih? Aku jadi tersanjung ni”.

“maksudnya?”

“ya….karena aku juga mengatakannya dari lubuk hatiku yang paliiiiiiiiiiiiiing dalam”.

“ceile…….kamu juga pandai merayu ya ternyata. Udah berapa orang tu yang jadi korban?”

“yang pastinya sih, nggak sampai mengorbankan dirilah”

“ye….nggak nyambung tau!”. Ada-ada saja si Adi.

Perkenalanku dengan Adi dua bulan yang lalu dan berlanjut sampai sekarang, membuat otakku kembali jernih dari pikiran target cinta. Aku malah lebih enjoy sekarang. Kan dah ada dia yang selalu menemaniku setiap saat. Walaupun hanya lewat chatting, sms ataupun telfon. Semua tentang diriku, hampir terkupas habis kuceritakan. Tentu saja tentang prestasi-prestasiku selama ini biarpun dianya gak nanya. Ada juga sih tentang tingkahku yang aku sendiri tak suka. Tapi susah banget aku tinggalin. Anjuran bintang nasehat pun kan kudapatkan darinya. Wah seneng deh. Dah ada yang merhatiin.

Hari ini dia janji mo nelfon. Tapi kok, hpku belum juga bunyi.

“Ran! Pinjam hp mu dong. Aku mo sms nih.” Langsung aja kuberikan. Cuma sms doang kok. Aku kan gak pelit-pelit amat. Lagian akhir-akhir ini, aku sering dapat pulsa gratis. Salah kirim kali. Itu namanya rejeki kan. Mau dikembaliin juga, gak mungkin.

“ran! Ternyata kamu dah punya pacar ya gak bilang-bilang ke kita” ternyata diam-diam Nana membajak smsku. Rayuan pulau kelapa si Adi kan banyak banget di situ.

“kamu gak tau diuntung banget sih? Kan katanya Cuma sms” tiba-tiba aku merasa jengkel dengan ulah Nana. Yang mau tau aja privasi orang. Pantas aja. Mau kirim sms doang kok pergi menjauh.

“lho, kok marah gitu sih. Memangnya aku salah apa? aku kan memang Cuma kirim sms. Gak lebih kok. Tadi pacarmu nelfon. Aku bilang tunggu lima menit lagi. Soalnya lagi tanggung tadi nulis sms. Sory ya!” tangannya meraih pundakku lalu menggoyang-goyangkannya. merasa bersalah. Nana memang dah tau sifatku. cepat luluh. Kali ini aku tidak luluh. Nana kan memang gak salah. Tapi kok, ia bilang dari pacarku ya.

“Tuh kan. Pas lima menit. Hpmu dah bunyi”

“hi adi. Pa kabar ni? Lagi banyak pulsa ya”

“bukannya kamu yang lagi banyak pulsa! Kamu tuh. Kok gak pernah nelpon aku. Aku saja yang selalu nelpon. Padahal da aku kirimin pulsa.”

“ye……………..bilang kek kalau mau di telpon. Aku kan malu kalau sering-sering nelpon. Nanti di bilang ada maunya lagi. Lagian, aku nanti kehabisan bahan kalau nelpon kamu tiap hari. Kalau kamu pacarku, baru aku mau nelpon setiap saat”

“kalau gitu, kita pacaran aja yuk!”

“ye…..mana bisa. Kamu kan tinggal jauh dari sini. Bikin sakit jantung aja, tau! He….3x. gimana kalau aku ngebet mo ketemu kamu. Mestikah kupanggil kuda sembrani tuk mengantarku ke sana? He…..3x”. aku tidak hentinya tertawa. Habis, si Adi ada-ada saja. Mana mungkinlah. Kudengar, adipun tak kalah hebohnya di sana. Ia pasti gak sendiri. Soalnya ribut banget.

“kamu tau nggak siapa peraih siswa teladan tahun ini di sma 1 palopo” tiba-tiba Nana nyela pembicaraanku. Menggagu aja.

“tunggu dulu ya,….” Aku berbalik ke arah Nana yang masih setia di sampingku. Pastinya sih penasaran sama sosok Adi.

“tau tidak siswa teladan sma palopa?” tanyanya lagi tanpa mempedulikan wajahku yang cemberut. Gambar tau apa kalau aku lagi nelpon.

“Muhammad Jumadi. Orangnya cakep lo!” eh.ocehannya tetap berlanjut. Padahal udah kuberikan tampang seram. Bair diam.

“siapa tuh di samping kamu. Kok tau benar tentang Jumadi” Adi menanggapi dari telfon seakan-akan tau aja yang kami bicarakan.

“sok tau amat lu! Ke sulawesi aja paling gak pernah”

“terserah kamu aja deh. Yang penting, ada sebuah kejutan buat kamu hari ini. Siap-siap aja. Eh….kalau kamu di suruh milih, pilih aku atau pilih Muhammad jumadi. Sang siswa teladan itu”

“pilih kamu aja. Kan bisa dapat pulsa tiap hari. He…..3x. tau gak. Menurutku, kamu aja yang bodoh mau jadi pacarku. Gimana mau ngebayangin dapat pacar kayak si Jumadi, kalau yang bloon aja gak ada yang mau. Asal deh kamu!”

“na…..itu dia jawabannya”

“maksud kamu?”

“sebenarnya, tanpa kamu sadari, banyak cowok-cowok yang suka sama kamu. Namun, semakin mereka mengenal kamu, mereka semakin minder. Dan menjauh selangkah demi selangkah. Karena kamu berbeda dari yang lain. Kamu tidak saja pintar dalam pelajaran. Tapi kamu pintar main musik. Pidato, speak English, dll. Kamu selalu jadi kebanggan setiap orang”

“sudah! Kayak psikolog aja. Capek tau dengar kamu ngoceh. Kan kamu dah jadi pacar aku kan? Walau Cuma di alam maya”. Uh…kayak di film aja. Pacaran lewat internet. Nggak ngaruh. Sama aja gak pacaran.

Btw…..aku penasaran juga tuh sama si Jumadi. Kok si Adi kayaknya kenal ya. Seharusnya kan tadi aku tanyakan.

Tak berapa lama, sehabis aku nerima telfon, Rina dan Santi datang mendekat. Keduanya nampak ingin menyampaikan sesuatu yang menghebohkan. Liat aja gayanya.

“Eh, Na! Ada cowok-cowok cakep tuh di kantin. Katanya sih dari SMA 1 Palopo”. Dengan berapi-api Santi bercerita. Dah biasa ngeliat tingkahnya yang norak kalau liat cowok ganteng. Rina tak mau ketinggalan,

“salah satu dari mereka siswa teladan sma 1 palopo lo. Katanya sih, nyari rani. Apa kamu kenal Ran? Tapi Rani kan banyak. Bukan Cuma kamu lagi”. Ujarnya mencibir. Seolah meremehkan Rani.

“kita liat, yuk?” kutarik lengan Nana. Mungkin aja bukan aku. Tapi, aku penasaran aja.

Kita sih pura-pura gak tau keberadaan mereka. Cuek aja sambil pesan bakso. Nggak ada satupun yang aku kenal.

“Tuh Jumadi”. Tunjuk Nana. Ternyata ia lagi makan pas membelakangiku. Mana aku bisa liat mukanya. Eh…..ia berbalik ke arahku. Oh my god. Memang cakep. Eh dia tersenyum ke arahku. Lo….kok mirip Adi ya yang di foto kalau tersenyum.

“Hi Ran!”

“A….Adi?!!!!”anggukannya hanya bisa membuatku salah tingkah. Suaranya, yang membuat aku begitu yakin “jadi kamu…..Jumadi ya!” aku Cuma bisa berdiri. Mau memeluknya, ada meja di depanku. Terpaksa aku terima uluran tangannya. Rasanya aku tak percaya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar