tiket pesawat murah

tiket pesawat murah

Kamis, 09 Juli 2009

laptop mini rani

LAPTOP MINI RANI.


Rani bergegas keluar kelas setelah mengucapkan. “Thank you mam”. Yang di jawab Bu Nurmi “your welcome”, guru b.Inggrisnya. “Ran! Tunggu dong...” “Eh, Mirna. Kita pulang bareng yuk?” “Yuk!”

Di kamar, Rani termenung sendiri. Tugas yang di berikan guru bahasa inggrisnya membuatnya berfikir keras. Mentranslate cerita yang harus di ketik computer lagi. Banyak sih yang punya rental komputer. Tapi biayanya bisa di bilang gila gilaan. Masa perlembarnya 2500. Padahal kalau di Makassar paling cuma 1000. Cetak fotopun begitu. Ukuran 3x4 aja 2500 perlembar. Membuatnya tak pernah cetak foto kecuali terpaksa. Seperti minggu lalu.Guru meminta foto 3x4 2 lembar, untuk buku induk dan raport.

Alasan mereka pasang harga mahal karena tinta mahal 30 ribu. Di bandingkan di Makassar yang hanya 18 ribu. Itulah resikonya kalau tinggal di pedalaman yang baru tersentuh dengan tekhnologi canggih. Karena persaingan belum ketat, Hargapun menanjak.

Mendengar azan duhur, Rani terbangun untuk sholat. Ibunya lagi nonton tv sendirian. Di rumahnya yang sederhana namun terbuat dari beton itu, tinggal Rani dan 2 adiknya dan 1 kakaknya yang semuanya laki-laki. Kakaknya yang laki-laki seorang pemain sepak bola paling datang makan lalu pergi lagi. Apalagi sekarang dia lagi sibuk mempersiapkn turnamen piala bupati bulan depan. Sekarang, palingan lagi ke Malili untuk mengambil dana proposal. Karena kemarin dia di telfon sama pegawai di kantor bupati untuk datang ini hari. Karena pak bupati akan pergi ke jakarta.

Selesai sholat asar, dia langsung menarik kursi lalu duduk di depan meja belajarnya. Ia bingung. Sekilas ia mengalihkan pandangannya ke tv yang langsung bisa di liat dari kamarnya. Ibunya masih serius nonton. Kini pandangannya beralih ke arah ibunya yang masih duduk di atas kursi plastik. Ibunya masih muda. Mungkn berumur 30 tahun lebih. Namun karena sakit-sakitan membuatnya sekarang semakin kurus. Bukan hanya penyakit jasmani. Nampaknya juga rohani yang lagi menderanya. Suaminya yang sudah 1 bulan tak pernah memberi kabar. Kabar terakhir Pak Mustafa sudah masuk hutan Kalimantan untuk mengoperasikan alat-alat berat. Itu berarti dia tidak akan bisa di hubungi sampai ia keluar hutan. Karena di hutan tidak ada jaringan. Uang di tangan semakin menipis. Jualan bajunya yang tiap hari pasar ia jual semakin sedikit. Karena modal yang seharusnya di putar sedikit demi sedikit menipis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itulah yang membuat Rani sedikit segan meminta uang ke ibunya, yang begitu sabar menghadapi cobaan demi cobaan.Namun sedikit ia bisa lega. Karena cobaan terberat yang di hadapi keluarganya pada tahun 2007 sangat beruntun telah berlalu.

Awalnya, Ayahnya bermasalah dengan tanah yang ia gadai. Kakaknya Juan yang pemain sepakbola bentrok dengan lawan mainnya. Akhirnya ia babak belur pulang ke rumah. Adiknya Ellung yang berhenti dari sekolah karena nakal dan tidak naik kelas, di tuduh mencuri di rumah tantenya. Syukurlah, semuanya bisa terselesaikan dengan baik. Adapun Ellung terbukti tidak bersalah. Ternyata anak lain yang mencuri yang memiliki perawakan yang mirip dengan Ellung.

Rani mulai membuka buku tulis dan cetaknya. Bukan jadi masalah, kalau seandainya tugas yang harus di ketik ini hanya b.Inggris. Tapi, karena Makalah sejarah, ekonomi, puisi b.Indonesia, semuanya menunggu untuk di ketik. Tentunya membutuhkan money yang tidak sedikit.

Rani…..!” Panggilan dari Puang Ina. Panggilan Bu Ina kalau di rumah. Bu Ina adalah guru b.Inggrisnya sewaktu smp.

Masukki Puang Ina. Ina langsung melepaskan tasnya. Dia memang akhir-akhir ini sering bermalam di rumah Rani, Jika orang tuanya lagi pergi berkebun di Pendolo, Sulawesi tengah. Daripada tinggal di rumah sendiri mendingan dia bermalam di rumah kakaknya. Tapi Ina memilih tidur di rumah Rani yang berdampingan dengan rumah kakaknya. Karena Rani adalah adik ipar dari kakaknya hamzah.

Lagi kerja apaan?” tanyanya sambil mengambil bantal guling lalu memeluknya. Tapi matanya tak terpejam. Masih memperhatikan Rani yang lagi menulis.

Lagi merangkum. Besok mau di ketik computer”. Dia berfikr sejenak. “Berapa kalau ketik sama kita?” Ia tahu, tak mungkin ia minta gratis pada Puang Ina. tapi setidaknya pasti ada kortingan. Setidaknya ada pembeli tinta dan pembayaran listriknya.

Ku bisa kasi kamu 500rupiah. Pengetikannya sih gratis. Hanya printnya aja yang kamu bayar. Soalnya aku print di teman. Printku sudah lama rusak..” Ini harga yang sangat murah. Karena di tempat lain kalau ketik sendiri paling murah 1000. itupun harga teman. Tapi kalau harga sebenarnya 2000 ketik sendiri. Hanya printnya aja yang di bayar 2000 rupiah.

Tapi kamu yang ketik sendiri”.

Ketik sendiri? Wah! Jauh banget Puang kalau mau pergi ke rumahta mengetik. Lagian banyak sekali”.

Kalau begitu…..Pakai aja laptopku”. Tawarnya pada Rani. Tapi Rani malah heran.

Memangnya kita punya laptop?”

Ia! di tas. Pake aja”. Lalu mulai memejamkan mata. Ia membiarkan Rani dalam keheranan. Rani Cuma menatap heran ke tas Ina yang ukurannya kecil . Paling yang bisa masuk hanya dompet, hp, dan spidol. Itupun harus di susun baik biar resletingnya bisa di tutup. Bu Ina cuma tersenyum ketika membuka mata dan Rani masih tetap menatap pada tas yang tergantung di balik pintu. Tanpa ia bukapun, ia sudah tahu apa saja isi tas kecil itu. Makanya ia tak beranjak tuk mengambil tas itu dan memeriksanya.

Tahu kalau Rani lagi bingung. “kamu juga punya kok.”

iya. Lap kaki. He…..3x”. menyadari kalau lagi dikerjain. Lalu melanjutkan penulisannya tugasnya.

HPmu bisa kok jadi laptop mini”. Ternyata Bu Ina serius. Ia menyuruh Rani mengambil HP nya yang lagi di cash di dekat TV. Ia pun berdiri dan mengambil HP nya. Setelah itu duduk di tempat tidur memperhatikan apa saja yang di buka untuk bisa mengetik di HP dan kemudian dapat di masukkan di computer lewat bluetooh.

“Sekarang kamu buka SELEQ”. Berusaha menjelaskan cara menulis di hp yang kemudian bisa di kirim ke computer tuk di edit, kemudian di print. Tapi tidak semua HP bisa. “setelah masuk seleq, pilih file yang ada tulisannya TEXT. Karena file ini bisa di baca di computer. Bisasanya file seperti ini terdapat di sistem file. Kopi filenya dulu, lalu tempatkan di folder lain atau buatkan folder tersendiri. Hapus isinya lalu mengetiklah sesuai dengan keinginan kamu. Nama filenya juga bisa kamu ganti dengan judul makalah yang kamu tulis”.

Nampaknya Rani tidak terlalu mengerti dengan penjelasan lisan. Ia pun menyuruh Rani tuk menulis cara-caranya. Di program SELEQ ini memang kudu hati-hati. Karena kalau tidak paham, bisa-bisa program HP nya malah hilang. Berarti harus di software ulang. Sedangkan software ulangkan biayanya kurang lebih 100.000.

Dari dulu ia bercita-cita mau beli computer. Tapi dia sadar diri dengan kondisi keluarganya saat ini. Beli laptop tak pernah ada dalam pemikirannya. Computer aja tak bisa beli. Tak pernah ia sangka kalau hp second nokia 6600 yang di beli oleh kakaknya dengan harga 500 ribu kini bisa jadi laptop mini.

***

“Ran…tolong ketikkan ini ya..” orderan yang ke lima yang ia terima hari ini. Keluar main, Rani tetap standbye di tempat duduknya. Dia selalu sibuk dengan hpnya akhir -akhir ini. Di ruangan kelasnya yang hanya beberapa orang, jelas sekali terdengar tindisan-tindisan dari tuts-tuts hpnya. Tek tek tek. Begitu aja kedengaran. “Mirna! Tolong dong bacain” panggilnya pada sahabatnya ini yang dari tadi Cuma duduk memperhatikan Rani yang begitu lancarnya menulis di HP. Ia pun membacakannya. Saking seringnya di pencet, huruf-hurufnya sudah tak jelas. Tapi, Rani tetap lancer mengetiknya. Dan iapun tak berminat tuk mengganti kasingnya. Dengan begitu, hpnya aman. Karena takada yang mau meminjam hpnya. Mau nulis sms pasti kesulitan kalau bukan si empunya. Tak tahu di mana a b c d dan lainnya.

Dia tidak mau keluar. Karena semua pengetikan yang Ia terima, harus selesai besok. Karena besok semuanya akan di kumpul. ”yess!!!” soraknya. Satu orderan telah selesai karena ada Mirna yang membantu proses pengetikannya. Nanti sore pasti semuanya selesai. Setelah itu ia akan ke rental computer yang sudah ia ajak kerjasama. Karena Bu Ina juga sibuk. Printnya Cuma bayar 500 rupiah. Kan sudah di ketik lebih dahulu. Editnya kan paling berapa menit aja selesai. Gak lagi printnya minta tolong sama Bu Ina. Merepotkan sih. Gak enak juga. Karena terkadang di kasih gratis.

Dia menghitung penghasilannya selama sebulan ini dengan pengetikan yang ia terima. Lumayan. Ada 300 ribu. Perlembarnya dengan keuntungan 2000 membuatnya selalu semangat mengerjakan pekerjaannya ini. Uang itu ia serahkan ke ibunya. “sebagai tambahan modal ma.” katanya pada mamanya yang menatap heran. Ibunya terharu setelah mendengar penjelasan anaknya ini. ‘Trima kasih ya nak…..sabar ya nak…Mudah-mudahan bapakmu nanti pulang bawa uang banyak. Kamu bisa beli computer bekas”.

Sepertinya Rani lagi sepi orderan. “apalagi ya yang bisa kulakukan dengan laptop miniku ini?” tanyanya dalam hati.

Bu Ina kembali datang bermalam. Pasti kedua ortunya pergi lagi. Kebetulan malam minggu. Jadi, santai. Tadi Bu Ina janji mau traktir Rani makan pangsit di mas Jarot karena siswa kursusannya banyak yang membayar ini hari. Di tambah lagi Rani yang memang ada bakat dalam bahasa inggris membantunya untuk mengajar siwa-siswa kursusan yang pemahamannya kurang yang juga masih satu sekolah dengannya. “lagi nagapin ki?” dari tadi ia lihat Bu Ina terus nulis di hpnya. Mungkin terima pengetikan juga. Walaupun Bu Ina punya computer, tapi ia biasanya mengerjakannya terlebih dahulu di hpnya. Karena sibuk ngajar sana sini. Jadi tak ada waktu tuk berhadapan langsung dengan computer cukup lama. Mana sering mati lampu lagi. Kalau pulang terkadang sore, sudah capek dan ngantuk. Setelah selesai di ketik di kirim ke computer via Bluetooth. Setelah di edit sedikit barulah di print. Prosesnya memang cukup cepat. “lagi buat cerpen. Siapa tahu aja bisa di muat”.

Ia ingat. Bu Ina pernah memperlihatkan cerpen hasil karyanya. “Bagus juga kok. Sudah kayak cerpen yang ada di majalah-majalah”, komentarnya waktu itu.

“iya, ya. Sekarang aku juga harus belajar tuk menulis cerpen. Siapa tahu aja bisa jadi penulis terkenal. Kayak Habiburrahman. Pengarang novel ayat-ayat cinta yang meledak itu…”

“benar sekali. Ingat kan, apa kata Fahri di novel itu? Takdir itu ada di ujung usaha manusia. Takdirmu kamu yang tentukan sendiri. Who knows nasib kamu dimasa datang seperti para penulis itu?”

Pikiran Rani langsung melayang-layang. Sudah membayangkan dirinya jadi penulis yang di kenal banyak orang. Karya-karyanyapun banyak yang di angkat ke dalam layar lebar. Tidak lagi memakai laptop mini dalam mengarang. Tapi benar-benar laptop. *****the end-020408

Tidak ada komentar:

Posting Komentar