tiket pesawat murah

tiket pesawat murah

Selasa, 09 September 2014

Penyakit yang bikin sehat

Entah apa nama penyakitku. Kadang kata-kataku terbalik. Mau bilang cepat.. yang keluar lambat. Mau bilang besar... eh ku bilangnya kecil. Maksudnya kanan, eh yang kiri kutunjukkan.

Awalnya... aku kira karena umur semakin tua, memori sudah tak lagi muat menerima segala hal-hal baru sehingga membuat otakku agak acak.

Jika berbicara dengan suamiku dalam bahasa bugis, aku lancar. Tapi ia sering menertawaiku. Katanya bahasaku kurang tepat. Walaupun maknanya sama. Menurutku. Tapi.... kalau orang lain yang mendengarnya.... palingan mereka mengira, karena aku jarang berada dalam komunitas orang bugis.  Sehingga bahasa bugisku kacau. He... he.... he....

Pulang jam setengah tiga, membuat para guru selalu membawa bekal. Apalagi seperti aku. Rumahnya jauh, 17 km dari sekolah jadi sampai di rumah sekitar jam 3. Setengah jam perjalanan.

Aku biasanya cuma bawa nasi. Hari selasa. Ada pasar yang aku lewati. Tinggal beli lauk 2000 rupiah, sudah sangat banyak.
"Urap, paria, sama mie nya bu...2000"  pesanku saat sudah berada di depan si penjual masi kuning yang juga menjual lauk dan sayur. "Mau jengkol?" Memperlihatkan jengkol ada yang ada dalam mie. Aku tak suka jengkol. Bukan karena bau menyengat yang di hasilkan, tapi rasanya memang aku tak suka. Walau kata bu Erni, "memang kalau pertama. Tapi lama kelamaan, jadi enak".
"Kasi saja bu". Nanti teman yang makan. Pesanankupun dibungkusnya dalam sebuah kantongan putih. Banyak. Lebih dari cukup. "Mau sayur juga?" "Iya, bu". Sambil berfikir, " Sayurnya gratis nggak ya?" Aku kan cuma mau beli 2000. Stelah kutanyakan, katanya di gratiskan. Sudah mau pulang.
Memang sih . sudah siang. Sudah jam 9. Dagangannya sisa sedikit. Malah waktu aku datang, ia lagi berbenah. Aku pelanggan terakhir nampaknya.
"Kayaknya bagus ni beli di saat penjualnya sudah mau pulang. Bisa dapat bonus banyak. He... he.. he..."

Kukeluarkan bekalku saat sampai di sekolah. "Kayaknya datang ke sekolah tuk makan aja, ya..."
Aku ngajarnya jam 1. Masih lama. Mendingan makan-makan aja dulu. Kupanggil teman-teman yang lagi ada di ruang guru tuk menikmati bekalku. Melihatku membawa lauk yang banyak mereka pun mendekat. Nasiku cuma sedikit. Namun itu tak membuatku minder memanggil mereka. Sedikit ataupun banyak, tak pernah jadi masalah. Makan bareng. Walaupun cuma dapat dua suap. Empat orang yang bawa bekal, tiap orang dapat dua sendok, kan sudah dapat 8 sendok. He....3x. Sudah kenyang kan?

"Apa ini?" Tanya bu mar. "Jengkol". Kataku. "Ndak mauka saya makan jengkol. Mauka masuk mengajar. Nanti bau". Katanya sambil mengambil sayur urap dari kantongan lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
Jengkol yang tadi ia tolak keberadaannya  akhirnya berlabuh juga di tenggorokan bu Mar."masih lama jika mengajar. Hilangmi itu baunya kalo masuk maka mengajar". Mungkin merasa sayang kalau jengkol itu di buang saja. Karena tak ada yang menyentuhnya. Cuma di lempar kiri kanan oleh jari-jari teman di dalam kantongan jika mendapatkan jengkol.

Cuaca mendung membuatku tak sadar, kalau jam mengajarku telah tiba. Sudah jam 1 lewat 5 menit. Akupun siap-siap. Mengambil absen, buku, tak lupa tabletku.

"Eh... masih bau jengkol, ndak?" Bu mar mendekati bu has lalu ke arahku,  menyuruh kami mencium bau jengkol dari mulutnya sambil menganga, dan menghembuskan nafasnya. Dia juga mau masuk mengajar. Takutnya bau jengkol membuat siswa pingsan. He... he... he...

"Ndak ada ji kudengar".
Jawabanku membuat bu Has dan bu mar tertawa keras. "Ha  ha ha".
Apa yang salah? "Masa bau mau di dengar. Ha....ha...ha...." aku baru menyadari kesalahanku setelah bu mar meledekku. Ia juga ya. Harusnya kan "ndak adaji kucium".
"Salah lagi, deh....." penyakitku kambuh.
Aku tak mau kalah. Kukeluarkan jurus mautku tuk meledeknya juga.
"Ndak adaji kudengar baunya. Hanya tai lalat yang kuliat di gigi ta".
"Ha ha ha". Otomatis semua tertawa. Mungkin di kiranya aku bercanda. Penasaran. Bu mar pun ke cermin menyelidiki giginya.
" bagaimana? Ada to" kataku dengan senyum kemenangan. "Iya". Spontan semua pun tertawa. Pasti sayuran yang menempel. Karena warnanya hijau. " kena' ko lagi". Kata bu has ke bu mar.

Sudah sering aku salah seperti itu. Iseng-iseng googling, kayaknya aku terkena penyakit disleksia. Kadang salah dalam mengucapkan kata. Tapi tak terlalu parah.

Biarlah.... yang penting penyakitnya bikin sehat. Bisa membuat orang tertawa dan awet muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar