tiket pesawat murah

tiket pesawat murah

Senin, 28 Mei 2012

Promosi Papan Nama Nisan

Suasana kantor lagi sepi. Hanya beberapa guru saja yang lagi duduk di meja masing masing. jumlah guru yang 30 orang lebih, membuat suasana seperti pasar kalau semuanya lagi di ruangan. Ngobrolnya pun berkelompok kelompok. Ada yang ngerumpi tentang suami dan anak-anaknya, ada yang tentang cicilan. Mulai dari cicilan karpet, tupperware,  sophie martin dan cicilan koperasi atau rencana menambah utang di bank.

Sebuah ruangan kecil di dalam ruang guru, tempat wakil kepala sekolah. Tepat berada di sudut ruangan. Hanya dua orang yang menempati tempat itu. Salah satunya adalah pak Angko. Orangnya hitam, tinggi sekitar 160 cm, umur sekitar 50 tahun lebih. Kalau di lihat dari wajahnya, nampak garang dan tak bersahabat. Saat pandangan pertama. Waktu ia baru pindah ke sekolah ini.
Tapi ...

tunggu dulu! Itu kalau dia belum  kenal. Kalau sudah kenal.....yakin saja, gigi kita akan kering karena candaannya.

Beberapa orang yang ada dalam ruangan awalnya sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Belum jam istirahat. Jadi belum ramai. Ada yang mengolah nilai, memeriksa lks, menulis rapor tuk yang kelas tiga,

Pak angko keluar dari ruangannya dan berdiri di depan jejeran meja.

"Bapak-bapak, ibu-ibu..... Saya mau promosi. Karena selalunya orang orang luar yang datang promosi dan banyak laku, maka saya juga mau membuat usaha baru".

Semua mata langsung menengadah. Penasarang dengan promosi pak Angko. Kira-kira, barang apa ya yang dia mau jual?

"Saya mau promosi......" berhenti sejenak memandang kami semua dengan senyum yang mencurigakan. "papan nama nisan. Siapa tau ada yang berminat memesan memang papan nama tuk nisannya....."
"Ha...ha...ha...." tawapun meledak otomatis dari para guru.

Ada-ada saja pak Angko. Pikir mereka. Masa belum mati sudah mau pesan papan nama. ketika suara sudah sedikit reda, ia lanjutkan lagi.

"Ini bisa di do. nanti mati baru di ambil. Atau namanya saja dulu dan tanggal lahirnya. Wafatnya di kosongkan dulu"

Ha...ha...ha...
Tawa yang sudah reda, kembali bergema. Termasuk pak Angko sendiri.  Karena niatnya memang bercanda. Ia sendiri pun tak bisa menahan tawanya.

Ada tidak ya yang memesan papan nama nisannya sebelum meninggal?

Mungkin tak ada. Tapi suatu saat pasti akan membutuhkannya.

Usut punya usut, ternyata Pak Ming yang kerja di tata usaha yang menawarkan papan nama nisan. Siapa tau ada keluarganya yang belum punya nama di nisannya bisa di pesankan atau kalau ada keluarganya yang meninggal suatu saat nanti. Tapi pak Angko malah menawarkan kepada kami tuk nisan kami sendiri.

Walaupun cuma bercanda, tapi setidaknya membuat kita sadar, bahwa kita belum siap tuk mati.

Kenapa?

Kapankah kita akan siap????!!!

Rabu, 16 Mei 2012

loundry di hotel

Pelatihan peningkatan mutu untuk guru SMA di adakan di Makassar. Tak tanggung-tanggung. 10 orang yang berangkat dari 1 sekolah. Setiap kabupaten di pilih 2 sekolah yang terendah nilai UN nya. Dan sekolahku salah satunya.

Geografi tak mendapatkan panggilan karena nilainya sudah bagus. Ia pun bercanda. "Mudah-mudahan nilai geografi tahun depan jelek. Biar di panggil ke Jakarta". Karena kalau masih rendah setelah pelatihan nanti, akan di kasi lagi pelatihan di Jakarta".
Candanya di sambut tawa. Iri melihat kami akan jalan-jalan ke Makassar Pelatihan. Apalagi baru kali ini pelatihannya banyak guru yang yang di kirim. Kapan lagi bisa jalan-jalan gratis ke kota! Nginap di hotel lagi!

Pokoknya, semua senang namanya masuk daftar.

Krasak-krusuk mengurus keberangkatan. Mau bawa baju apa dan berapa. Pinjam travel bag kiri kanan. Terlalu kecil, terlalu besar atau malah tak punya. Saat teman di tanya.

Ada juga yang sibuk cari mobil. Ada yang bilang bus ini, bus itu bus anu.

"Bagaimanami pale". Bu Ime bingung. Ia sudah pesan bus A bahkan telah bayar uang jadi. Sedangkan ada yang tak mau naik di bus A. Katanya ndak bagus.

Akhirnya bus A dibatalkan dan uang mukanya di potong. Entah berapa persen. Tapi bu Ime tetap naik bus A. Tak enak hati. Ia sudah kenal dengan sopirnya, dan terlanjur daftar di situ.

Acaranya mulai hari jumat sampai hari minggu. Kami berangkatnya dari hari rabu malam. Dan sampai di Makassar hari Kamis pagi.

Kami sengaja datang lebih awal, supaya ada kesempatan cari buku di Gramedia. Karena kami di beri uang buku sebanyak 300 ribu untuk tiga buku. Lumayan kan??? Hanya habis 150 ribu saja. Sisanya tuk belanja-belanja yang lain. Mumpung ke kota. Entah kapan lagi akan menginjaknya. Aku saja, setelah dua tahun, aku baru ke makassar.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh pusat. Dan uangnyapun lumayan. 1 jutaan lebih plus uang buku. Kami jauh dari Makassar. Jadi wajar uang jalannya banyak.

Hari jumat, sekitar jam 9, kami ke tempat pelatihan. Tempat pelatihannya ada dua. Ada yang training center dan ada yang di hotel. Aku dan 3 temanku di hotel. Aku pun cukup senang. Kapan lagi bermalam di hotel dengan gratis. He3x. Yang pastinya, tinggal di hotel pelayannya pasti berbeda.

Salah seorang teman meminta agar kami semuanya sekamar. Maka dipilihkanlah kamar 233. cukup luas. Dan ternyata, tiap orang yang melihatnya akan iri. Karena kami mendapatkan kamar yang luas.

Sudah dua pasang baju kami yang kotor. Bu Ime mengusulkan tuk di loundry saja. Mau mencuci juga tak ada tempat jemuran.
Semua setuju. Palingan 1 kg 7 rb. Seperti di kampung. Sesuai dengan petunjuk, baju yang ingin di loundry di simpan di dalam keranjang.

Sebelum masuk ke ruangan, bu Ime memberitahu salah seorang pekerja hotel tuk mengambil cucian kami nanti.

Waktu coffe break, aku ke kamar. Di depan kamar sudah ada pekerjanya lagi membersihkan salah satu kamar. Iseng aku bertanya, berapa biaya loundrinya? "Baju 6 rb, celana panjang 6500". Aku kaget. Ternyata perlembar. Bisa bangkrut nih pulangnya.

Kutelfon bu Ime tuk ke kamar cepat. Ia yang bawa kunci.

Langsung ku ambil semua pakaian di dalam keranjang.

ketika Bu Ani dan bu Nofi datang setelah pelatihan sore itu selesai dan kuceritakan, mereka juga kaget. Kami semua tertawa. Menyadari kami hampir kehilangan uang gara- gara loundry hotel. Mending nyuci sendiri nanti di kampung. Uang loundrinya bisa buat beli baju baru.

Jumat, 11 Mei 2012

berjuang tuk pulsa gratis

Pulsa udah kere. Padahal besok mau pergi pelatihan di makassar. Untungnya uang jalan tuk pelatihan sudah diterima, jadi rencananya nanti mau isi pulsa.

sales telkomsel datang ke sekolah beberapa orang. Pasti mau jual kartu perdana seperti biasanya. Tapi setelah salah seorang menjelaskan kalau akan ada game. Barang siapa yang bisa menancapkan panah di bundaran dengan nilai yang tinggi maka akan mendapatkan hadiah pulsa 50 rb.

Lingkaran paling besar angkanya  1. Lingkaran berikutnya 2 , sampai lingkaran paling dalam angkanya sembilan. Semakin kecil semakin besar angkanya.

Setelah penjelasannya selesai, para guru pun berbondong-bondong melempar panah kecil tersebut dengan harapan mendapatkan pulsa gratis. Siapa sih ndak mau?

Awalnya, aku kira sangat mudah. Kucoba mengadu nasib, membidik panah pertamaku dan berharap menancap tepat di tengah dengan nilai tertinggi, yaitu 9. Tapi betapa memalukan. Jangankan menyentuh angka...gabusnya saja tidak. Tempat lingkaran itu di gambar.Malah.... hanya mengenai papan tulis tempat pembidikan di gantung. Walhasil, semua teman langsung terbahak-bahak.

Aku bukanlah Arjuna ataupun Srikandi yang mampu memanah tepat sasaran. Merekapun tak serta merta langsung mahir kan..... perlu latihan bertahun-tahun.

Tak apalah.... bukan reski ku kali! Aku menyerah!

Akupun mundur dan memberi kesempatan kepada teman-teman yang lain. Karena katanya cuma sekali kesempatannya.

Semua bertepuk tangan ketika pak nir bidikannya tepat di tengah. Hebat!  Nomor 9.  Namanyapun langsung di catat.

Iri! Itulah perasaanku. Aku juga ingin dapat pulsa!

Semuanya sudah melempar panah kecil itu. Namun, hanya pak Nir saja yang masuk final. Sedang yang dibutuhkan 4 orang.

Sales itu mengumumkan,  boleh membidik tuk kedua kalinya bahkan ketiga kalinya tuk mendapatkan nilai yang tertinggi.

Kesempatan emas, nih!
Aku tetap berharap.
Aku langsung mendekat dan mencoba lagi. Gagal.....Sudah kena gabusnya tapi tak menancap.

Kecewa! Kok bisa sih??? Kalau diperhatikan sangat mudah. Aplikasinya begitu sulit. Sasarannya pun tak jauh. Cuma beberapa meter.

Kuperhatikan teman-teman yang lain yang juga bersemangat seperti aku.

Panah bu Nur menancap. Tapi.... hanya nomor 1. Kayaknya anak panah yang di pakai bu Nur memang bagus. Mungkin tajam sehingga mudah menancap.

Kuambil panah bekas bu Nur tadi  dan mencoba lagi keberuntunganku. "Bismillah...."
Pelan-pelan kuayunkan tanganku ke belakang, siap tuk meluncurkan keberuntunganku, dan.....

"Hore....!!! nomor 6".
Senangnya....... Namakupun langsung di catat. Tapi belum final lho.... bisa saja nanti ada yang lebih tinggi dari aku.

Sudah di dapat 4 orang yang nilainya tinggi. Aku masuk tiga besar. Game pun dihentikan.
Tak berapa lama.... m-kios sms.

Alhamdulillahh..... Kalau reski takkan ke mana. Setidaknya, aku belajar, kalau jangan pernah menyerah dalam meraih keinginan. Kalau terus berusaha pasti akan mendapat kan hasil yang kita inginkan.

Kegagalan pertama adalah awal dari keberhasilan. Asalkan.... kita tetap mencoba.